Ah masa bodo. Bokep Cina Ia tdk membalas tapi lebih ramah. Sebantar lagi Mbak Ita yg punya salon ini datang, biasanya jam segini dia datang.”Aq langsung beres-beres dan pulang. Atau jangan-jangan ia tdk masuk ke salon ini, hanya pura-pura masuk. Sudah 3 tahun, benda ini tak kurasakan Sayang. Ah segar. Badannya berbalik lalu melangkah. Masih terasa tangannya di punggung, dada, perut, paha. Lha wong Mbak Iin menutupi wajahnya begitu. kataku.“Iya itu”Ya ampun, aq membayangkan suara itu berbisik di telingaku di atas tempat tidur yg putih. Hap.“Mau pijit lagi..?” ujar suara wanita muda yg kemarin menuntunku menuju ruang pijat. Makin lama makin jelas. Aq menurut saja. Tangannya halus. Aq harus memulai. Ciut. Aq pun segan memulai cerita. Kalau potong rambut ya masuk ke tukang pangkas di pasar. Eh.., kesempatan, kesempatan, kesempatan. Makin lama suara sepatu itu seperti mengutukku bukan berbunyi pletak pelok lagi, tapi bodoh, bodoh, bodoh sampai suara itu hilang.Aq hanya mendengus.




















