Ya tidak apa-apa, hitung-hitung olahraga. Bokep Mom Hawin datang. Jangan dimasukkan dulu Sayang, aku belum siap. Tidak perlu diantar. Mobil bergerak pelan, aku masih melihat ke arahnya, untuk memastikan ke mana arah wanita yang berkeringat di lehernya itu. Atau kesialan, karena ia masih mengangkat tabloid menutupi wajah? Ia menyentuhnya. Creambath? Aku tidak berani menatap wajahnya. Ia menurunkan sedikit tali kolor sehingga pinggulku tersentuh.Ia menekan-nekan agak kuat. Kalau kini aku berani pasti karena dadanya terbuka, pasti karena peluhnya yang membasahi leher, pasti karena aku terlalu terbuai lamunan. Angin menerobos kencang hingga seseorang yang membaca tabloid menutupi wajahnya terganggu.“Mas Tut..” hah..? suara itu lagi, suara wanita setengah baya yang kali ini karena mendung tidak lagi ada keringat di lehernya. Mbak Hawin sudah turun. Lihat saja ia sudah separuh berlutut mengarah pada Junior. Lalu pijitan turun ke bawah. Ia tersenyum ramah. Di balik kain tipis, celana pantai ini ia sebetulnya bisa melihat arah turun naik Si Junior. Kaki kusandarkan di tembok yang membuat ia



