Tanpa menunggu lebih lama lagi kubikin ruangan remang-remang di asrama kamar-ku. aahh .. Bokeb Ya, bagaimana tidak radang, tapi sudah di ambang lain palang merah doi, pusing pusing .. .. Setelah selesai saya membuat teh manis untuknya, kami berbicara kembali dan ternyata Dea sudah berbaring di kasur busa naik kamarku. Saya bertanya semua jenis, tentu saja, pura-pura pertama kenalan sekedar basa-basi.“Dea,” katanya (sambil berjabat tangan). Jadi jika tidak dapat menjadi rasa syukur ya udah. “Mmmh … sss .. Ketika aku sampai di sana kami segera menemukan sebuah meja kosong. Tentu saja hati saya sedikit rewel. “Mmmh … sss .. “Tidak juga,” kataku. Lalu aku melihat kemaluannya ditutupi dengan rambut-rambut kecil. Gile bener .. Jangan terlalu nafsu. Setelah melihat sikap Dea seperti itu, saya mencoba untuk berbicara dengannya (berbicara serius tentunya).“Dea Uh, saya pikir saya suka ya dengan Anda.” Rayuku kain. “Mbak, wasit yang namanya sih?”, Menunjuk ke angka yang saya lihat adalah indah. “Kau pikir hanya sekali yach dateng ke




















