Si Junior melemah. Ia tersenyum melihatku.“Maaf Mas, sapu tangan saya ketinggalan,” katanya.Ia mencari-cari. Bokep Tante Begini saja daripada repot-repot. Tapi masih terhalang kain celana. Kantorku tidak lama lagi kelihatan di kelokan depan, kurang lebih 100 meter lagi. Ia tidak lagi dingin dan ketus. Toh masih ada hari esok.Aku bergegas naik angkot yang melintas. Mbak Wien sudah turun. Dia mau pulang dulu ngeliat orang tuanya sakit katanya sih begitu,” kata Wien.Setelah beberapa lama menyodoknya, “Terus dong Yang. Angin menerobos dari jendela. Bau tubuhnya tercium. Kulihat di bawahku ada kain, ya seperti saputangan.“Itu kali Mbak,” kataku datar dan tanpa tekanan.Ia berjongkok persis di depanku, seperti ketika ia membersihkan paha bagian bawah. Ayo..!Aku masih diam saja. Juniorku tegang seperti mainan anak-anak yang dituip melembung.
