“Tapi mbak Dewi masih cantik ya?”Ia ketawa, “Ada-ada saja kamu”.Selama tinggal di rumahnya mbak Dewi. Bokep Tante Aku bisa habiskan waktu seharian di rumah. Sayup-sayup aku terdengar suara isak tangis di kamar mbak Dewi. Montok sekali, aku pun meremas-remas dadanya. Aku sedikit demi sedikit mencoba akrab dan mengenalnya. Setelah ganti baju aku keluar kamar. Dadanya benar-benar besar. “Saya pijetin ya mbak, sepertinya mbak capek”.“Makasih, nggak usah ah”“Nggak papa koq mbak, cuma dipijit aja, emangnya mau yang lain?”Ia tersenyum, “Ya udah, pijitin saja”Aku memijiti pundaknya, punggungnya, dengan pijatan yang halus, sesekali aku meraba ke bahunya. Mbak Dewi mencoba melepaskan pelukanku.“Maaf wan, mbak perlu berpikir”, kata mbak Dewi beranjak. Aku biasanya memanggilnya mbak Dewi, kebiasaan dari kecil mungkin. Aku memang menyembunyikannya. Di sini aku numpang di rumah bibiku. Mbak sewaktu-waktu saja ke sana”, katanya. Mbak sewaktu-waktu saja ke sana”, katanya. Aku pun ditinggal sendirian di ruangan itu, tv masih menyala. Matanya berkaca-kaca ia mencoba menahan air matanya. Tapi aku tak yakin apakah ia
