Tangan kanannya kini memegangi tanganku yang sedang mencengkeram pinggulnya. “Och.., Mas Feby toch”, sahut Mbak Anie dengan nadanya yang renyah. Bokep Tante “Minta apa..”, tanyanya penasaran. Jari-jemariku menyusupkan ke dalam celah di bawah kemeja pendeknya, memberikan kehangatan pada pinggang dan perutnya yang langsing dan kencang, terus perlahan-lahan merayap ke atas. Tangan kananku menggosok-gosok vaginanya. Tubuh kami terus saling berhempasan, penisku terasa menyodok-nyodok ujung liang vaginanya. “Kenapa Mbak, mumpung sepi, nggak ada yang lihat”. Ia diam saja. Kujilati clitoris milik Mbak Anie yang merah itu, terkadang lidahku kujulurkan masuk ke dalam lubang vaginanya. Dengan hidung kugesek-gesek belahan vagina Mbak Anie sambil menikmati aroma bahunya. Dan akhirnya, aku merasa sesuatu keluar dari penisku, “crott.., crott.., crott.., ach”. Aku sendiri sudah bekerja apa adanya sambil kuliah di perguruan tinggi swasta pada sore harinya. Jari tengah tangan kiriku pun langsung menyentuh sesuatu yang hangat dan lembab, mengusapnya, menjentik-jentikkannya.
