Aku tak ingin ada setetes pun yang terbuang. Bokep Tobrut Mbak Tia masih tersenyum. Matanya berbinar-binar. Jhony! Tunjukkan rasa hausmu! Hmm..!”“Sekarang masuk ke dalam!” ulangnya sambil menunjuk kolong mejanya.Aku merangkak ke kolong mejanya. Wajahku sangat dekat dengan lututnya. Mbak Lia menggelinjang sambil menarik rambutku dengan manja. Pinggulnya terangkat dan terhempas di kursi berulang kali. Bahkan sempat kulirik bayangan lipatan bibir di balik segitiga tipis itu.“Suka?” Aku mengangguk sambil mengangkat kaki kiri Mbak Lia ke atas lututku.Ujung hak sepatunya terasa agak menusuk. Kebasahan yang dikelilingi rambut-rambut ikal yang menyelip dari kiri kanan G-stringnya. Inilah hadiah yang kutunggu-tunggu. Tak peduli dengan segala kegilaan yang sedang terjadi. Aku menengadah. Bibir Mbak Lia masih tetap tersenyum ketika ia lebih merenggangkan kedua lututnya.“Jhony, kau tahu warna apa yang tersembunyi di pangkal pahaku?” Aku menggeleng lemah, seolah ada kekuatan yang tiba-tiba merampas sendi-sendi di sekujur tubuhku.Tatapanku terpaku ke dalam keremangan di antara celah lutut Mbak Lia yang meregang. Wajahku sangat dekat dengan lututnya. Di paha bagian belakang




















