Nafasnya memburu. Bokeb Sampai-sampai tubuh Maya berayun-ayun. Mendingan pacaran sama Mas Andra, iya nggak?” pancingku. Untung saja vagina itu berair jadi nggak terlalu sulit memasukkannya. Aku duduk merapat pada Maya.“Maya suka sama Mas Andra?” ulangku. Masih duduk di kelas dua SMA tapi kok perawakannya udah kayak anak kuliah aja. tapi aku butuh jawaban yang bisa didengar. Aku termasuk cowok yang populer di kampus (sekeren namaku). Bagiku menggilir payudara Maya sangat menyenangkan. “Belum tuh.”
“Pacaran juga belum pernah?”
“Katanya Mas Andra mau ngajarin Maya pacaran.” balas Maya. Kentara benar perubahan wajahnya. Tapi si Rere menolak mentah-mentah. Dia suka sama aku. Busyet, gadis itu nggak nolak loh. Rumah induk yang kebetulan bersebelahan dengan rumah kost agak sepi.Sebab sejak tadi sore ibu kost dan bapak pergi ke kondangan. Beberapa kali aku menelan ludah memandangi payudara Maya. “Lendir kawin Maya keluar, spermaku juga ikut-ikutan muncrat. Wow… payudara Maya (yang kira-kira ukuran 34) membengkak. Bibirku merayap menyapu leher jenjang Maya.




















