Marta tersadar,
“Jangan…” teriaknya atau terdengar seperti rintihan. Vidio Sex Marta terkulai di sofa, dan aku pun tidur telentang di karpet. “Loh, enggak kerja?” tanyaku. Namun, itu semua sia-sia karena tanganku langsung memegangi pinggulnya. Aku berdiri. Posisi kaki Marta jadi menjepit tubuhku, karena dia sudah tak bercelana, aku bisa melihat vaginanya dengan kelentit yang cukup jelas. Ini semua membuat Marta mendesah lepas, tak tertahan lagi. “Di, kamu ke rumahku duluan deh sana, saya masih meeting. Ia mendorong dadaku dengan keras. Satu dua detik Marta pun sempat terkejut dan terdiam melihat situasi ini. Marta berusaha berontak, namun setiap jariku bergerak dia mendesah. Beneran.”
Namun, keadaan sudah kepalang basah, syahwatku pun sudah di ujung tanduk rasanya. Marta seperti terhipnotis, tak lagi bergerak, hanya menegang kaku, kemudian mendesis halus tertahan. Merasa terancam, Marta malah sekuat tenaga melayangkan tangan kanannya ke arah mukaku, hendak menampar. Grrreeekkk.
